Kamis, 23 Februari 2012

ANALISA PENGUNGKAPAN ULANG KASUS ASABRI

Setelah kita melihat dan menganalisa  proses pengungkapan kembali KASUS ASABRI ini dimulai dari tindakan gegabah TUMIYO yang didalangi IYUL SULINAH dengan tujuan menuntaskan hutang Henry Leo dengan data-data direkayasa agar kalau bisa dianggap sudah lunas. TUMIYO terbius dengan penjelasan bahwa DIRUT ASABRI asetnya banyak yang harus diambil untuk melunasi hutang Henry Leo, DIRUT ASABRI, SUBARDA, kenapa dibiarkan bebas padahal kerjasama membobol duit negara katanya. Dibumbui keterangan Irjen Dephankam tahun 2000 s/d 2003 Letjen Mar (Purn) Suharto yang juga "ngawur" (penjelasan sebagai saksi), bahkan sesuai keterangan dia sebenarnya dialah yang korupsi uang negara.
Laporan Tumiyo dan Iyul Sulinah ditangkap oleh Hendardji juga dengan gegabah. Maksudnya hal ini kesempatan untuk menambah prestasi kerja, menambah popularitas dan melambungkan kakaknya merebut jabatan Jaksa Agung. Hendardji-Hendarman dengan Kasus ASABRI bersama dua KASUS TNI lainnya yaitu pembelian helikopter dari luar negeri dan Kasus TWP yang katanya koneksitas, diharapkan SBY akan menilai suksesnya pemberantasan korupsi dilakukan oleh mereka. Mereka memberikan kesan Jaksa Agung lama kurang berprestasi serta takut membasmi korupsi dilingkungan TNI. Akhirnya dua-duanya dapat promosi. Analisa ini bisa salah, namun kecenderungannya pasti demikian. Karena KASUS ASABRI ini merupakan permainan pingpong Hendardji-Hendarman, maka mapping pertama yang perlu disusun dengan rekayasa yang seperti teliti, disusun di PUSPOM berbulan-bulan. Disini belum kelihatan korupsi yang berupa sogok dan suap. Semua menghimpun data rekayasa dan mengarang fitnah untuk menjaring dan menangkap seorang jendral, karena ini bisa dapat nilai tinggi dari atasan masing-masing. Henry Leo sudah dianggap orang sendiri dan sudah pasang badan. Justru Subarda yang diupayakan untuk membayar kerugian negara, ongkos-ongkos sudah diatasi Iyul Sulinah. Kalau Erling cs, sudah yakin tentunya sebagai tentara setia pada perintah atasan (Hendardji), tapi orang-orang Kejaksaan Agung dan Pengadilan belum tentu loyal, oleh karena itu pengawalan mulai dari penyelidikan di Kejagung sampai vonis dipengadilan dilakukan Erling walaupun dia sudah naik pangkat dan jabatan diluar Jawa.
Orang-orang Kejagung, Kejaksaan Negeri Jakarta Timur dan Pengadilan Negeri Jakarta Timur sangat takut tapi percaya diri karena ini tugas yang mengandung penilaian prestasi tinggi sesuai hajatannya Jaksa Agung langsung. Jampidsus Kemas Yahya saja kalau ditanya, katanya ini adalah urusan diatas (Jaksa Agung).
Jadi, apapun yang keliru, salah, palsu ataupun aneh serta tidak masuk akal, mereka lakukan tanpa difikir agar tidak digeser dari jabatannya dan nantinya mudah-mudahan naik jabatan serta dapat penghargaan. Disamping itu tentunya dapat penghargaan. Disamping itu tentunya dapat extra ongkos atau honor. Diduga dari BNI, TAN KIAN, IYUL SULINAH atau dana Kejagung sendiri. Kami uraikan laporan diatas untuk bahan bagi bapak-bapak di KPK, BPK, KOMISI YUDISIAL, KOMISI KEJAKSAAN serta ICW dan lain-lain, mempelajari KASUS ASABRI yang sangat unik penuh dengan kekotoran dari mulai pembobolan dana ini terungkap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar